MANA AKU KENAL RAKYAT ITU
Siapa itu rakyat? Di mana alamat mukim mereka, bagaimana potret nafkah mereka, tunjukkan konfigurasi kesehatan mereka, tolong perjelas status mutakir demografi sesungguhnya,
Karena itu di masa puncak kelaparan saya dengan ringan bisa makan di pesta perkawinan yang satu porsi tagihan lima puluh ribu rupiahnya, setara untuk mengisi perut 50 orang miskin perkotaan dan pedesaan, dengan musik Kopi Dangdut bising memecah gendang telinga,
Siapa itu rakyat? Kalau tak silap rakyat adalah kumpulan selugu-lugu wajah, gampang dibariskan, mudah dicatat sebagai sederetan angka, menerima saja dihujani sejuta kata-kata dengan perangai tak banyak tingkahnya,
Karena itu di waktu satu bangsa ditebas sengsara saya enteng-enteng saja melahap daging bulat smorgasbord Skandinavia dan rijstafel Hindia Belanda seporsi seratus ribu rupiahnya, setara untuk melepaskan pedih lambung sekali makan 100 orang miskin kota dan desa, sementara daun telingaku di acara ulang tahun itu dipijat-pijat lagu Kukuruku Amerika Latin yang merdu itu,
Siapa itu rakyat? Di mana kawasan geografi mereka, bagaimana lapisan asli populasi mereka, peragakan patologi pencernaan mereka, lalu perinci naik-turun tensi rohani orang-orang itu yang sesungguhnya,
Sebagai penimbang rasa betapa saya luar bisa pendusta.
REMAH
Di atas truk, dari karung jatuh bertetesan
Di lantai bak, beras di sana-sini berceceran
Cuaca gudang tengah hari atap seng seperti api
Beras tiga genggam dicakar-cakar dengan sapu lidi
Berempat anak di balai-balai duduk
Menjilati piring kaleng hingga terbungkuk
“Jangan sampai ada remah tersisa,”
kata ibu mereka, tadi siang mengais-ngaisnya.
Kotak Suara
Siapa itu rakyat? Di mana alamat mukim mereka, bagaimana potret nafkah mereka, tunjukkan konfigurasi kesehatan mereka, tolong perjelas status mutakir demografi sesungguhnya,
Karena itu di masa puncak kelaparan saya dengan ringan bisa makan di pesta perkawinan yang satu porsi tagihan lima puluh ribu rupiahnya, setara untuk mengisi perut 50 orang miskin perkotaan dan pedesaan, dengan musik Kopi Dangdut bising memecah gendang telinga,
Siapa itu rakyat? Kalau tak silap rakyat adalah kumpulan selugu-lugu wajah, gampang dibariskan, mudah dicatat sebagai sederetan angka, menerima saja dihujani sejuta kata-kata dengan perangai tak banyak tingkahnya,
Karena itu di waktu satu bangsa ditebas sengsara saya enteng-enteng saja melahap daging bulat smorgasbord Skandinavia dan rijstafel Hindia Belanda seporsi seratus ribu rupiahnya, setara untuk melepaskan pedih lambung sekali makan 100 orang miskin kota dan desa, sementara daun telingaku di acara ulang tahun itu dipijat-pijat lagu Kukuruku Amerika Latin yang merdu itu,
Siapa itu rakyat? Di mana kawasan geografi mereka, bagaimana lapisan asli populasi mereka, peragakan patologi pencernaan mereka, lalu perinci naik-turun tensi rohani orang-orang itu yang sesungguhnya,
Sebagai penimbang rasa betapa saya luar bisa pendusta.
REMAH
Di atas truk, dari karung jatuh bertetesan
Di lantai bak, beras di sana-sini berceceran
Cuaca gudang tengah hari atap seng seperti api
Beras tiga genggam dicakar-cakar dengan sapu lidi
Berempat anak di balai-balai duduk
Menjilati piring kaleng hingga terbungkuk
“Jangan sampai ada remah tersisa,”
kata ibu mereka, tadi siang mengais-ngaisnya.
Kotak Suara
Di sebuah kerajaan dilangsungkan pemilihan
Di sebuah pemilihan dilakukan penghitungan
Di sebuah penghitungan berlangsung keajaiban
Di sebuah keajaiban semua mata ditutupkan
Berbagai ilmu diterapkan mentabulasinya
Matematika, statistika dan retorika
Berbagai aplikasi adalah bukti sofistikasi
Komputerisasi, telekomunikasi dan stikerisasi
Inilah kisah tentang sebuah pohon misteri
Di akarnya ada angka sejuta
naik ke batang jadi setengah juta
terus ke ranting jadi seratus ribu
sampai di puncak tinggal seribu saja
Ajaib, ke mana menguap itu angka
Di akarnya ada angka seribu
naik ke batang jadi seratus ribu
terus ke ranting jadi setengah juta
sampai di puncak jadi sejuta
Ajaib, angka-angka beranaknya luar biasa
Di dalam kotak suara
Angka-angka saling bertanya asal-usul dan lainnya
Mereka berselisih pendapat, dan berkelahi sesamanya
Angka-angka sikut-menyikut, pukul-memukul,
Angka-angka tampar-menampar, gebuk-menggebuk
Mereka berkelahi berhari-hari
Kotak itu bergoyang ke kanan dan ke kiri
Angka-angka capek, tergeletak kini.
Inilah kisah berikutnya tentang mereka yang mengembara
Pada suatu malam ketika bulan tiada
Serombongan angka menyelinap keluar kotak suara
Memanjat lewat celah, tergelincir jauh bersama
Terpisah-pisah mereka bertualang mengembara
Sebuah angka berenang di Laut Jawa
Menyeberang ke arah utara
Mudik di sungai naik ke tepian masuk ke hutan
Sebuah angka menempel di kapal sampai Selat Malaka
Masuk sungai naik ke tepian masuk ke hutan
Di musim kemarau panjang jadi api kecil dan menjelma
Di musim kering dia menyulut rimba menyala-nyala
Memanggang hutan Kalimantan dan Sumatera
Berjuta hektar mereka bakar
Berbulan-bulan lamanya
Abu jerebu terbang ke mana-mana
Ada angka temannya, sendirian dia mengembara
Kawah gunung berapi dimasukinya
Gunung itu dibujuknya agar mengguncang gempa
Gunung itu diarahkannya agar meledakkan api menyala
Gunung pun meletus, bumi berguncang
Desa-desa hangus terpanggang
Ada angka lainnya terbang ke awan, turun sebagai hujan
Masuk ke sungai menghilir dan jadi banjir
Banjir itu melongsorkan pertebingan, mematahkan jembatan
Menutup persawahan, menghanyutkan pergubukan
Dan menggasak perkotaan
Lalu angka lainnya masuk lokomotip,
dan kereta api itu dahsyat tabrakan
Masuk kapal penumpang besar,
maka kapal itu tenggelam
Masuk kapal terbang,
dan kapal terbang itu terjun ke persungaian
Ada angka yang berbakat penuh sebagai pembunuh.
Dia merangsek alat kelamin dan masuk tombak nyamuk yang
menungging, menabur dua penyakit yang mengejek sains tanpa
kesembuhan, menyebar belalang berjuta bagaimana menghalaunya
Ada angka yang masuk peluru runcing bermesiu. Siapa itu penembak tepat
mengintip teleskop dan memetik nyawa anak muda itu. Huru-hara
merobohkan ribuan bangunan dan memuingkan ratusan kendaraan,
memantik api yang memanggang ratusan orang di lantai atas pusat
perbelanjaan, dan menyerakkan barang jarahan,
Di kotak suara, angka-angka yang ditinggal teman mengembara
saling bertanya, “Hei, ke mana saja kawan-kawan kita itu pergi, ya?”
Mereka memanjat dan berjatuhan ke luar kotak
Ketika di kakilangit api dan asap masih nampak marak.
Di sebuah pemilihan dilakukan penghitungan
Di sebuah penghitungan berlangsung keajaiban
Di sebuah keajaiban semua mata ditutupkan
Berbagai ilmu diterapkan mentabulasinya
Matematika, statistika dan retorika
Berbagai aplikasi adalah bukti sofistikasi
Komputerisasi, telekomunikasi dan stikerisasi
Inilah kisah tentang sebuah pohon misteri
Di akarnya ada angka sejuta
naik ke batang jadi setengah juta
terus ke ranting jadi seratus ribu
sampai di puncak tinggal seribu saja
Ajaib, ke mana menguap itu angka
Di akarnya ada angka seribu
naik ke batang jadi seratus ribu
terus ke ranting jadi setengah juta
sampai di puncak jadi sejuta
Ajaib, angka-angka beranaknya luar biasa
Di dalam kotak suara
Angka-angka saling bertanya asal-usul dan lainnya
Mereka berselisih pendapat, dan berkelahi sesamanya
Angka-angka sikut-menyikut, pukul-memukul,
Angka-angka tampar-menampar, gebuk-menggebuk
Mereka berkelahi berhari-hari
Kotak itu bergoyang ke kanan dan ke kiri
Angka-angka capek, tergeletak kini.
Inilah kisah berikutnya tentang mereka yang mengembara
Pada suatu malam ketika bulan tiada
Serombongan angka menyelinap keluar kotak suara
Memanjat lewat celah, tergelincir jauh bersama
Terpisah-pisah mereka bertualang mengembara
Sebuah angka berenang di Laut Jawa
Menyeberang ke arah utara
Mudik di sungai naik ke tepian masuk ke hutan
Sebuah angka menempel di kapal sampai Selat Malaka
Masuk sungai naik ke tepian masuk ke hutan
Di musim kemarau panjang jadi api kecil dan menjelma
Di musim kering dia menyulut rimba menyala-nyala
Memanggang hutan Kalimantan dan Sumatera
Berjuta hektar mereka bakar
Berbulan-bulan lamanya
Abu jerebu terbang ke mana-mana
Ada angka temannya, sendirian dia mengembara
Kawah gunung berapi dimasukinya
Gunung itu dibujuknya agar mengguncang gempa
Gunung itu diarahkannya agar meledakkan api menyala
Gunung pun meletus, bumi berguncang
Desa-desa hangus terpanggang
Ada angka lainnya terbang ke awan, turun sebagai hujan
Masuk ke sungai menghilir dan jadi banjir
Banjir itu melongsorkan pertebingan, mematahkan jembatan
Menutup persawahan, menghanyutkan pergubukan
Dan menggasak perkotaan
Lalu angka lainnya masuk lokomotip,
dan kereta api itu dahsyat tabrakan
Masuk kapal penumpang besar,
maka kapal itu tenggelam
Masuk kapal terbang,
dan kapal terbang itu terjun ke persungaian
Ada angka yang berbakat penuh sebagai pembunuh.
Dia merangsek alat kelamin dan masuk tombak nyamuk yang
menungging, menabur dua penyakit yang mengejek sains tanpa
kesembuhan, menyebar belalang berjuta bagaimana menghalaunya
Ada angka yang masuk peluru runcing bermesiu. Siapa itu penembak tepat
mengintip teleskop dan memetik nyawa anak muda itu. Huru-hara
merobohkan ribuan bangunan dan memuingkan ratusan kendaraan,
memantik api yang memanggang ratusan orang di lantai atas pusat
perbelanjaan, dan menyerakkan barang jarahan,
Di kotak suara, angka-angka yang ditinggal teman mengembara
saling bertanya, “Hei, ke mana saja kawan-kawan kita itu pergi, ya?”
Mereka memanjat dan berjatuhan ke luar kotak
Ketika di kakilangit api dan asap masih nampak marak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar