Blog ini diterbitkan oleh Komisi Sastra Dewan Kesenian Serdang Bedagai. Bagi penulis Serdang Bedagai diharapkan dapat mengirimkan tulisan-tulisannya ke redaksi guna dipublikasi secara on line sekaligus untuk dokumentasi serta program-program berikutnya demi dinamika sastra di tanah bertuah negeri beradat

Rabu, 03 Juli 2013

ADI MUJABIR : HARIMAU YANG MENGAUM DI TENGAH KOTA

Harimau merupakan Simbol keperkasaan. Ia selalu dijuluki sebagai Raja Hutan dalam cerita-cerita dongeng. Sebagai raja hutan tentu bermacam penafsiran tentang harimau. Ada yang membayangkan kalau raja hutan itu bijaksana. Ada pula yang di benaknya raja itu perkasa, gagah dan ditakuti oleh banyak orang.

Harimau yang satu ini lahir di Desa Kota Galuh, Perbaungan, Serdang Bedagai, 48 tahun yang lalu. Pada tanggal 14 Juli 2005 Medan Fair dalam tajuk" Demo Instalasi Penyair Adi Harimau Mujabir" ia mengaum. Dan sekali aumannya dibayar Rp 50.000.000,-. Ini yang membuat dia diberi gelar penyair termahal. 

Sebagai penyair yang juga teaterawan ini sering menriaskan aumannya di berbagai kota besar nusantara seperti Jakarta, Malysia, Thailan. Kegiatan sehari-harinya menulis sastra, berteater, dan menjadi wartawan. Menjadi guru honorer sejak tahun 1979. Mendirikan sanggar teater anak-anak, aktif mendongeng, baca puisi, mentas drama.


Sebagai penulis telah melahirkan beberap buku puisi diantaranya Nyanian Kakus, Sajak Ontang, Puisi Aceh (surat buat Habiebie). Novel : Merajut Angin, Ngah Lara, dan Meludah Rembulan. Berbagai naskah drama pentas juga telah dilahirkan dan dipentaskan. Sampai sekarang masih terus menulis. 

Penulis serba bisa ini merupakan tokoh budayawan Serdang Bedagai yang memiliki ciri khas sendiri dalam berbagai tulisannya. Tulisannya berdarah melayu. Mungkin karena memang sang Harimau ini berdarah Melayu. Pernah bekerja sebagai wartawan/redaksi di Minggu Merdeka (Jakarta), Majalah Dunia Wanita (Medan), Mimbar Umum Majalah Pancasila Abadi (Jakarta) Tabloid Forum, Deli Pos, Suara Rakyat,(2000-2007)redaksi di Harian Waspada. Sekarang redaksi di Harian Medan Pos, Medan Sumut.

Selain sebagai wartawan, guru, penyair, teaterawan , juga mendongeng. Sebagai penyair dan pendongeng, pernah mentas di beberapa kotaesar di nusantara, Malaysia, Thailand. Pernah menjadi cerpenis terbaik versi Dewan Kesenian Sumatera Utara. Sekarang kembali ke Desa Kota Galuh membangun kembali Komunitas Gelanggang Teater Anak Rumpun (Getar). 

Tulisan ini masih dirasa berlum cukup kalau bercerita tentang seorang Adi Mujabir. Tetapi setidaknya bisa menggugah kita semua bahwa di Serdang Bedagai ini banyak sastrawan dan Budayawan, penari yang bisa diceritakan dan dibukukan.(s.a.munay)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar