Blog ini diterbitkan oleh Komisi Sastra Dewan Kesenian Serdang Bedagai. Bagi penulis Serdang Bedagai diharapkan dapat mengirimkan tulisan-tulisannya ke redaksi guna dipublikasi secara on line sekaligus untuk dokumentasi serta program-program berikutnya demi dinamika sastra di tanah bertuah negeri beradat

Jumat, 26 Juli 2013

Puisi-Puisi Ramli Priyatno Phmp

PRAHARA MINGGU PAGI AKHIR DESEMBER DI BUMI CAKRADONYA

Kutulis puisi ini :
Minggu pagi akhir Desemnber yang terluka
Gelombang Tsunami, memeluk jiwa, raga dan namamu
Bila kurangkai tahun-tahun lalu
Perjalanan panjang berbagi rasa
Kita rajut bahagia semusim bulan senyum


Pelangi-pelangi pun mengitari harapan
Di Indra Patra, Malhayati senja debur ombak menari
Ujung Bate, rindu kulukis manis
Halaman Baitur Rahman di depan monumen
Tewasnya Jendral bermata biru
Menerawang misteri putri dalam kaca di samudra
Meletakkan sebuah cinta di negri ini
Awan Seulawah senyum bersama mentari
Membalut kerinduan di tenun sutra bidadari
Tanpa batas meski darah terluka jatuh di bumi
Kutulis puisi ini :
Serasa jalan bersama, kita kembali lagi
Desah napas angin pohon cemara
Batu nisan Makam tua yang kita taburu bunga
Lagunya sendu bercerita tentang esok
Mengapa.....? manusia lebih kejam....!
Dari bumi, laut matahari,dan segala yang ada
Begitu dalam mata ini menembus bayangan alam
Juru kunci makam tua memahat prasasti kelabu
Bila pohon cemara sunyi beku
Gagak hitam enggan bernyanyi, dan pergi
Prahara mala petaka tidak mimpi
Bagaikan kembang tidak wangi lagi
Cinta dusta sepenuh hati
Damai berbalut angkara mandi dosa
Kita terjaga dalam bisingnya zaman
Usai terlena sudah
Kita berpisah di ujung kembara negeri tersayang
Dharma baktimu untuk ibu pertiwi
Kutulis dibeningnya air mata
Dalam diarama doaku
Untuk sebuah nama, dan beribu bunga bangsa
Prahara minggu pagi akhir desember
Dibumi Cakradonya, Ace-ace rindang rupawan
Cintaku negeriku, Indonesia rindu kita
Merah putih darahku, darah kita

Fata Morgana
Hai mahluk yang hidup dimuka bumi ini
Sadarlah, duniamu yang hanya lintasan
Ada kalanya hidup ini bahagia-ada klanya hidup ini duka
Manusialah yang hanya merasakan
Bayang-bayang hidup didunia
Mega guntur langit hitam kelam
Badai menggulung remukhilang dalam peta
Tersenyum dapat menyaksikan sandiwara ini
Diujung bumi masih ada yang bergelimang
Untuk menambah dosanya walau tak terpikulkan

Hanya mereka meraka-mereka yang sadar
Nanti pembalasan berlipat ganda
hening seketika ketika lampu padam
Menjerit melolong ronta
Harapan lenyap disapu angin gelombang
Tak dapat ditunda lagi
Megah,gagah tak ada artinya
Bunga-bunga dan untaian daun bergoyang
Dihembus angin timur barat utara dan selatan
Tegak kokoh tergoyahkan
Dinyanyikan kicauan burung-burung
Terbang bersama mega-mega biru
Semua menjawab :
Kamilah penghuninya
Kamilah penjaganya
Kamikah yang meneruskannya ?
Coba kau lihat hai... manusia
Apakah kalian seperti mereka-mereka itu
merobek-robek penuh kekejaman, takperduli
itu kata kesombongan
Renungkan untuk barang sejenak
Hai...mahkluk yang agung dan mulia
Memercik-mercik ketepi
Menampar apa yang ia lalui
Bergulung-gulung dengan panasnya membentang gagsh dan lantang
Matahari pun tersenyum melihat itu
Apakah makhluk yang agung mampu menjaganya
Ataukah mereka-mereka itu cuma tempat ijinkan dan kemurkaan
Tanyalah pada batu karang
Tanyalah Pada paku berkarat
Dan daun yang bergoyang

Layang-Layang Benang Panjang 
Ketika negeri ini rindu memanjat senyummu
Bulan menangis gerimis membekukan warna-warni
Langit kuning merah berdarah biru
Menggarak duka padahal bumiku perawan jingga
Telah kita sepakati maskawin perjuangan anak negeri
Berbingkai mimpi gemuruh jatuh dikali
Pejalanan darah bocah-bocah manis dimaya pada
Dari bumi cakradonya yang bersimbah dan, durja
Burung cendrawasihpun berpuisi
Tentang tenggelamnya bumi
Tentang badainya samudra cinta
Dalam kaca misteri harga diri
Yang porak poranda
Dan hilangnya seberkas hati nurani bangsa
Masihkah tetes embun jatuh dihatimu
Masih sebaris laguku Tertulis Bederai
Merajut kenangan lalu, didepan seperti dulu
Layang-layang benang panjang patah negeri ini
Berabda indah bidadari mandi pelangi
Kutitipkan cintaku, negeriku
Meski layang-layang tertatih.. memannjat bintang
Penari Bali mengitari bumi




1 komentar:

  1. Mohon tulisannya diedit dan dibenahi agar pemaknaanya tidak lari dari aslinya.

    (Tony_dari Jawa Timur)

    BalasHapus